25 Juli 2007

5 Pilar Membangun Kesetiaan





5 Pilar Membangun Kesetiaan

Banyak hal yang harus dilakukan untuk menciptakan rumah tangga yang bahagia, salah satunya adalah setia pada pasangan. Bagai-mana caranya?. Kesetiaan tampaknya menjadi barang langka belakangan ini. Sulit sekali rasanya menjamin kesetiaan pasangan agar rumah tangga bisa bertahan hingga maut memisahkan.Banyaknya kasus keretakan rumah tangga, tak harmonis, bahkan perceraian, seringkali karena ada salah satu pasangan yang tidak setia. Yang lebih memprihatinkan, terjadi pergeseran nilai soal kesetiaan. Ketika nilai-nilai kesetiaan menjadi bahan pembicaraan, malah dianggap kuno. Padahal, kesetiaan seseorang terhadap pasangan hidupnya merupakan cerminan kualitas dan kematangan mental, karena ia mampu mempertahankan

Kesetiaan,Rumah Tangga & Karier





" KESETIAAN DAN TANGGUNG JAWAB "

“Salah satu kriteria CALON suami gw adalah yang bertanggung jawab dan setia”, ucap seorang teman blogger, membuat saya tersenyum menahan tawa mendengarnya.

Saya jadi teringat salah satu tulisan Emha Ainun Najib ketika ditanya perkara yang sama, maka ia menjawab , “ untuk membuktikan lelaki itu bertanggung jawab dan setia maka harus melalui PERKAWINAN, tanpa perkawinan yang ada hanya “sekedar” lelaki yang baik , amat baik, amat santun, hati lembut, penyabar, rajin shalat, dan lain sebagainya”.

Mengapa saya angkat tentang kesetiaan ,karena ini ada hubungannyan tentang seorang blogger yang sedang mencari jodoh dan sedang melakukan pendekatan dengan seorang rekannya yang dikenal lewat dunia maya, serta kejadian yang mengejutkan tentang hasil “ obrolan “ di YM kemarin sore sekitar pukul 4 dengan salah satu blogger yang membuat pyuriko terkaget-kaget dan meningkatkan kewaspadaannya. :)



Mungkin benar dalam diri manusia ada 2 sisi yang saling bertolak belakang seperti halnya dua sisi mata uang, kadang disatu sisi kita melihat orang tersebut teramat baik tapi disisi yang lain jauh dari kata baik. Jadi inget dengan diri sendiri :)

Dengan kelihaiannya manusia mengenakan topeng yang sebagian kita menganggapnya suatu hal yang biasa, terlebih lagi dilakukan didunia maya seperti ini, dimana identitas asli menjadi suatu yang tersamarkan. Orang lebih menikmati menjadi diri dan pribadi yang lain ketimbang menjadi diri sendiri.Dari merubah umur, merubah status , bahkan merubah jenis kelamin dan entah apalagi, dunia maya memungkinkan untuk hal tersebut dan itu sah-sah saja.

Yang menjadi tidak sah mana kala kita mulai keluar dari rambu-rambu yang semestinya seperti yang dituturkan oleh salah satu blogger muda usia ( 20 tahun ) yang mengungkapkan keheranan dan rasa muak karena setiap kali beberapa blogger yang sudah berstatus menikah dan memiliki anak sering kali mengajak dan menggoda blogger muda tersebut kepada hubungan yang lebih intim dari pada sekedar hubungan pertemanan antara sesama blogger. Yang lebih membuatnya merasa terpukul beberapa blogger tersebut sering kali menulis postingan yang berbau agama bahkan memajang poto dia berserta istri dan anaknya seakan menggambarkan sebuah keluarga yang sakinah, tapi pada kenyataannya apa yang diperbuat jauh dari apa yang tertulis diblognya. beberapa blogger yang disebutkan sering membaca postingan dan meninggalkan jejak dipostingan saya, maaf saya menulis ini sekedar bahan introfeksi untuk diri saya agar berusaha untuk tidak melakukan hal yang sama tanpa ada maksud apa-apa syukur- syukur bloger tersebut membaca postingan ini dan segera sadar atas kekeliruannya dan kembali kepada anak istrinya

Kasus semacam ini teramat banyak kita temui bukan hanya didunia maya bahkan didunia nyata, terkadang kita terpesona oleh rangkaian kata yang dibuat dalam sebuah postingan sehingga dengan mudahnya melakukan penilaian terhadap orang tersebut.

Kadang kala kita dicoba dengan apa yang kita tulis, semisalnya hari ini kita menulis tentang keyakinan terhadap Tuhan , selang beberapa menit kita dihadapakan oleh ujian tentang hal tersebut, apakah kita sanggup atau tidak , apakah kita hanya pandai menulis tanpa pandai berbuat sesuai dengan apa yang kita tulis.

Kembali kepada topik kita mengenai kesetiaan dan tanggung jawab, saya jadi teringat ketika seorang pria mengelukan perlakuan buruk istrinya kepada seseorang yang cukup mempuni keilmuan agamanya. Pria tersebut menceritakan secara detail tentang sikap istrinya dari A sampai Z tanpa memberikan ruang sedikitpun kepada si alim untuk berbicara, seakan-akan istrinya telah melakukan kesalahan yang tak termaafkan dimatanya.

Setelah pria tersebut selesai menyampaikan apa yang menjadi permasalahannya orang alim tersebut membacakan sebuah hadist Nabi : “ Barang siapa yang bersabar atas keburukan budi pekerti istrinya, maka Allah memberinya pahala sebagaimana pahala yang diberikan kepada Ayub as. atas bala’nya. Dan barang siapa yang bersabar atas keburukan budi pekerti suaminya, maka Allah memberinya pahala sebagaimana pahala yang diberikan kepada Asiyah, istri Fir’aun"

Setelah itu orang alim bertanya, “apakah anda menjaga pandangan dari sesuatu yang diharamkan untuk dilihat? Apakah anda menjaga pendengaran anda dari sesuatu yang diharamkan untuk didengar? , apakah anda menjaga lidah anda dari berbicara yang sia-sia? Dan apakah anda menjaga pikiran anda dari memikirkan sesuatu selain Allah?”

“Tapi yang mempunyai masalah itu istri saya bukan saya?” Ucap pria tersebut.
“Selama kita tidak bisa membawa diri kita untuk taat kepada Allah swt maka seluruh makhluk Allah swt tidak akan ada yang taat kepada kita , selama kita tidak tunduk menyerahkan diri kita seutuhnya untuk Allah swt maka semua makhluk tidak akan ada yang patuh walaupun itu istri anda sendiri”.ucap orang alim itu dengan bijak

Terkadang kita mendambakan istri yang tabah seperti Siti Hajar tapi kita lupa kita bukan Ibrahim as, kadang kita mengiginkan istri kita mendungkung kita seperti khadijah, tapi kita lupa diri kita bukan Rasulullah saw. Kita mengiginkan istri kita menjaga kesuciannya sebagaimana Maryam menjaga kesuciannya , tapi kita lupa kita tidak menjaga pandangan kita bahkan sering kali mana kala kita ada kesempatan kita menebarkan rayuan GOMBAL kepada setiap wanita di dunia maya.dan dunia nyata bahkan menceritakan masalah ranjang hanya sebagai cara untuk mendekati para wanita-wanita tersebut..

Jangan pernah mengharapakan pasangan kita setia kalau diri kita tidak tahu apa arti kata setia, jangan-jangan kita malah seperti Fira’un yang memiliki istri sebaik Asiyah. Jangan pernah menggangu wanita kalau anda tidak mau hal serupa menimpa istri dan anak wanita anda.

“ Lelaki yang sempurna adalah ia yang dapat memaafkan hak-haknya, dan tidak dapat memaafkan hak-hak Allah. Dan lelaki yang kurang adalah ia yang berkeadaan sebaliknya."

Ingatlah, seorang laki-laki hendaklah mendidik istrinya, memberinya nafkah sesuai dengan kemampuannya, bersabar terhadapnya, berkasih sayang dengannya, menuntun ke jalan yang baik, dan mengajarkan kepadanya mengenai sesuatu yang ia perlukan dalam agama tentang hukum thaharah, haid, ibadah dan sebagainya.

Nabi bersabda, “tidak ada sesorang yang menjumpai Allah swt. dengan dosa yang lebih besar daripada kebodohan keluarganya."

Saya pernah membaca sebuah puisi atau apalah namanya yang saya temui dialbum perkawinan milik seorang teman yang kurang lebih seperti ini :

Suami yang menikahimu, tidaklah semulia Muhammad,
tidaklah setaqwa Ibrahim, pun setabah Ayub atau segagah Musa,
Apalagi setampan Yusuf
Suamimu hanyalah pria akhir zaman yang punya cita-cita membangun keluarga yang sholeh…..

Perkawinan mengajarkan kita kewajiban bersama.

Suami menjadi pelindung , Istri penghuninya
Suami adalah nakoda kapal, Istri navigatornya.
Suami bagaikan balita yang nakal, istri penuntun kenakalannya.
Saat suami menjadi raja, Istri menikmati anggur singgasananya.
Seandainya suami masinis yang lancang
Sabarlah meperingatinya.

Perkawinan mengajarkan kita perlunya iman dan taqwa.

Untuk belajar menitih sabar dan ridho.
Kau bukanlah Khadijar yang begitu sempurna didalam menjaga.
Dan kau pun bukanlah hajar yang begitu setia dalam sengsara.
Kau hanyalah wanita akhir zaman yang berusaha menjadi istri yang sholeha…

Template by : kendhin x-template.blogspot.com